0

Orangtuaku, terlebih ayahku :")

Gue pengen menceritakan tentang seorang pria yg paling gue sayangi, meskipun gue bingung. Kata orang, kalo kita sayang sama seseorang, berarti kita sayang kekurangan dan kelebihan dia. Tapi gue gak suka sama sifat orang itu, termasuk sifatnya yg pemarah. Gue bingung, dan gue gak tau, apakah gue sebenarnya sayang sama dia atau enggak. Gue sayang sama dia, tapi gue gak suka sama sifatnya, apakah itu namanya sayang?

Seseorang itu adalah ayah gue, ayah nomor satu di dunia, ayah gue satu²nya yg ada di dunia ini, ayah yg paling juara, ayah yg paling gue dampakan, ayah yg menjadi motivasi gue, ayah yg selalu perhatian sama gue, dan ayah yg sering marah sama keluarga, termasuk ibu gue. Gue sedih banget kalo dia memarahi ibu gue. Kenapa? Karena gue udah janji pada diri gue sendiri, kalo gak ada seorang pun yg bisa memarahi ibu gue, apalagi sampe ibu gue meneteskan air mata. Mungkin itu kenapa gue dijuluki anak mami, karena gue merasakan apa yg ibu gue rasakan. Saat ibu gue lelah bekerja, gue berusaha menyemangatinya dan membantunya, meskipun gue kadang sering mengeluh terlebih dahulu sebelum membantunya.

Suatu hari Ayah dan Ibu gue bertengkar dirumah, sampai ibu gue dipukul oleh ayah. Gue sedih banget, kenapa? karena gue bingung harus membela siapa. Ayah gue marah karena sifat ibu yg terlalu egois. Gue benci kedua sifat itu, egois dan pemarah. Gue gak tega melihat ibu gue nangis, dan gue jg gak tega melihat ayah gue yg terus berusaha untuk sabar menghadapi ibu. Di kondisi itu gue berusaha untuk tidak memihak kedua orangtua gue, gue lebih memilih untuk menasehati mereka. "Kalian itu satu, bukan dua. Oleh sebab itu, kalian harus bisa saling melengkapi dan saling menyayangi satu sama lain. Kalian sudah berjanji agar hidup dalam kebahagiaan. Ingatlah masa² dahulu kalian pacaran, yg bisa menerima satu sama lain. Tapi sekarang, kenapa kalian berubah? Kalian berubah karena stress akibat pekerjaan. Aku pengen kalian bisa mengerti keadaan hati seorang anak yg melihat kedua orangtuanya bertengkar.". kata gue menasehati mereka. Lalu gue pergi meninggalkan mereka berdua ke kamar.

Kemudian hari, ketika ibu gue pergi kerja, ayah gue menghampiri gue. Ayah gue mengatakan, "Bener kata kamu nak, bapak harus bisa sabar menghadapi ibumu. Bapak pengen kamu bisa mengerti perasaan bapak, bapak sangat susah mengendalikan emosi saat ibu mu terlalu egois". "Aku tau pak, tapi setidaknya sebelum bapak marah kepada ibu, bapak juga harus memikirkan perasaan ibu jika bapak memarahi ibu, apa yg akan ibu rasakan? Kesedihan yg tampak dari luar itu blm seberapa pak, secara tidak langsung bapak menyakiti hati ibu. Dan aku tidak tega melihat ibu tersakiti oleh siapa pun, termasuk bapak", kata ku kepada bapak. "Yaudah maafkan lah bapak ya nak, bapak ingin melakukan apa yg kamu katakan. Bapak melakukan ini, demi menyenangkan dan membahagiakan mu, karena kebahagiaan keluarga ini adalah kebahagiaan bapak juga", sahut bapak kepadaku.

Baru pertama kalinya gue melihat dan mendengar, ada seorang bapak yg ingin mendengarkan nasihat anaknya. Jarang² sekali gue bisa mendengarkan yg seperti ini. Biasanya bapak² itu paling tidak suka dinasehati. Ini adalah ayah gue, ayah nomor satu didunia, Ayah yg berusaha menjadi tegar, dan mencoba mengerti tentang perasaan anggota keluarganya. Ayah yg berusaha membahagiakan keluarga. Ayah yg berusaha melawan sifat pemarahnya demi menyenangkan keluarga. Itu lah ayahku. Bagaimana ceritamu?

Draft (24-03-2013)

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 Egi Jonathan All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.