0

Antara Cinta dan Benci

Aku tak bisa melihat kau bersamanya
Tapi tak seharusnya dengan dia kau bercinta
Jika kau merasa apa yang ku rasa
Kau bilanglah saja kau tak lagi cinta dia
Benak hati tak bisa menahan lagi

Pasti engkau akan ku nanti

Kejadian tadi siang di sekolahku membuat hidupku rasanya akan segera berakhir dengan cepat. Perempuan yang ku sukai sedang berjalan mesranya di hadapanku bersama teman baikku. Padahal, teman baikku tahu bahwa aku suka dengan perempuan yang digandengnya itu. Perasaanku saat itu campur aduk. Sedih bercampur marah. Kenapa bisa dia merebut perempuan yang kusukai itu? Kenapa tidak memilih perempuan lain? Kesal. Kesal sekali sehingga aku ingin sekali memukul dia. Di sisi lain, aku merasa sedih dan iri, karena aku selama ini belum pernah sama sekali berjalan bersama seorang perempuan, kecuali nenek, ibu, dan tanteku.

Tiba-tiba muncul dugaan di benakku bahwa mereka berdua sudah menjalin hubungan satu sama lain. Tapi, dugaan itu dengan sangat cepat kuhapus. Lain ladang, lain belalang. Dugaanku itu langsung dipotong habis-habisan oleh teman-temanku, yang terkenal cukup dekat bergaul dengan mereka berdua. Dengan jujur, mereka melaporkanku bahwa teman baikku itu sudah memakai kata “beb” untuk memanggilnya. Seketika itu juga, aku terhenyak. Ada lagi anggapan bahwa perempuan yang kusukai itu hanya ingin menjadikan teman baikku teman tapi mesra, karena perempuan yang ku sukai itu mengakui bahwa ia belum mau menjalin hubungan.

Kulihat, padahal teman baikku ini hanyalah bermodalkan wajah yang tampan dan pandai berolahraga. Idaman setiap kaum hawa. Tapi, kemampuan saat belajarnya bisa dikatakan rendah. Nilai ulangannya juga pas-pasan. Sebenarnya, aku ingin sekali tertawa terbahak-bahak saat teman baikku ini mendapat nilai terendah di kelas, sementara perempuan yang kusukai itu mendapat nilai tertinggi di kelas.

Sebaliknya, bisa dikatakan aku memiliki kemampuan yang bisa dikatakan lumayan. Nilai ulangan baik. Tapi, aku kurang pandai dalam berolahraga, yang mengakibatkan badanku yang semakin membengkak ini. Sementara, teman baikku memiliki postur badan yang ideal. Memang banyak temanku yang berkata kepadaku bahwa tidak mungkin aku menjadi pasangan yang cocok di hatinya. Temanku yang lain berkata bahwa aku pasti dapat menjadi pasangannya karena sifatku yang baik, penolong, dan pemaaf. Tak seperti teman baikku, yang suka melontarkan kata-kata kasar dan mengejek temanku yang lain.

Sekarang ini, beredar kabar bahwa perempuan yang kusukai itu hanyalah memberi janji-janji fiktif belaka. Sekarang, aku terjepit diantara cinta dan benci. Bisa saja aku lebih memilih cinta. Tapi, aku tidak suka perempuan yang suka memberi janji palsu. Lebih baik aku pindah ke lain hati saja, dan menjadikan perempuan yang kusukai itu sebatas teman saja.

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 Egi Jonathan All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.